Thursday, January 3, 2013

Jika Android Adalah “Produk Curian,” Maka Begitu Juga Dengan iPhone (Part 3)

Artikel ini adalah sambungan dari Part 1 dan Part 2

... Jadi, apakah Android adalah produk curian?

Dalam beberapa segi, jawabannya adalah hampir pasti "ya." Sulit untuk membayangkan bagaimana Google dapat mencegah beberapa inovasi-inovasi dari iPhone menyusup kedalam desain Android. iPhone adalah topik utama di Silicon Valley pada 2007 dan 2008. Tidaklah mungkin bagi tim pengembangan Android menghindari mempelajari fitur-fitur iPhone. Sekali saja para insinyur Google mengetahui konsep-konsep yang dipelopori Apple, maka sudah pasti mereka akan terpengaruh oleh konsep-konsep Apple tersebut.

Namun bila Google bersalah karena menggunakan ide-ide Apple, maka Apple juga sama bersalahnya. Banyak peneliti-peneliti dan perusahaan-perusahaan yang mendahului iPhone, seperti yang diutarakan oleh personel Microsoft, Bill Buxton, pada tesis PhD nya menjelaskan hasil-hasil karya banyak peneliti multitouch, seperti yang diungkapkan oleh Wayne Westerman (seorang peneliti multitouch yang menjual perusahaannya dan dia menjadi karyawan Apple pada tahun 2005.) iPhone mengandung inovasi-inovasi kunci yang dipelopori oleh Bob Boie, Jazzmutant, Jeff Han, dan yang lainnya.

Dan memang, yang menjadikan iPhone sebuah produk yang luar biasa adalah bahwa Apple merangkum beberapa inovasi-inovasi yang telah dikembangkan secara terpisah seperti telepon dengan layar sentuh, layar sentuh kapasitif, tampilan grafis yang canggih, dan menggabungkan semuanya menjadi sebuah produk yang lebih baik daripada yang lain. Pola seperti ini yang menggabungkan dan memperbaiki inovasi-inovasi sebelumnya adalah sebuah kewajiban dari industri-industri yang inovatif. Dan Android adalah contoh terakhir dari pola seperti demikian.



Sementara Android jelas-jelas mengadaptasikan beberapa inovasi penting iPhone, para insinyur Google juga menambahkan perbaikan-perbaikan yang dianggap sebagai kekurangan dari produk-produk Apple. Sebagai contoh, sistem notifikasi iPhone generasi awal yang menampilkan setiap SMS atau peringatan baru dalam kotak dialog yang muncul di tengah layar, yang memaksa pengguna segera mengambil keputusan. Sistem tersebut juga tidak menawarkan cara untuk melihat notifikasi lainnya secara sekaligus.

Google datang dengan skema notifikasi yang lebih fleksibel. Daripada menampilkan kotak dialog di tengah layar yang membutuhkan input segera dari pengguna, Android menampilkan notifikasi-notifikasi secara singkat di atas layar, lalu menampilkan sebuah ikon di atas layar tersebut sebagai penanda adanya notifikasi. Saat pengguna siap untuk melayani notifikasi tersebut, pengguna tinggal menarik ke bawah bar notifikasi untuk melihat semua notifikasi yang muncul.

[caption id="attachment_1314" align="aligncenter" width="300"]Notifications Center pada iOS 5, 2011 Notifications Center pada iOS 5, 2011[/caption]

Apple memperbaiki sistem notifikasinya pada iOS 5, lalu memperkenalkan Notifications Center yang sangat mirip dengan skema notifikasi Android. Kemudian Apple menambahkan perbaikan-perbaikan, seperti kemampuan menambahkan widget untuk menampilkan prakiraan cuaca, harga saham, dan informasi-informasi lain yang membutuhkan pembaruan secara periodik. Namun pendekatan dasarnya, yaitu notifikasi yang ditampilkan di atas layar yang dapat dilihat dengan menarik ke bawah bar notifikasinya, sangat identik dengan pendekatan yang ditemukan oleh Google.

Pada akhirnya pengguna lah yang diuntungkan dari tindakan menjiplak seperti ini. Skema notifikasi Google lebih baik dari notifikasi iOS versi awal, jadi demi keuntungan pengguna-lah Apple menjiplak ide Google tersebut.

Menemukan dalam kegelapan


Secara hukum, pertanyaannya adalah apalah Google melanggar paten, hak cipta atau kepunyaan lainnya yang dimiliki Apple. Tampaknya Google dalam situasi yang aman dari sudut pandang hak cipta. Android dibangun dari Linux dan menggunakan mesin virtual seperti Java. iOS dibangun menggunakan Darwin dan menggunakan kerangka Objective C yang berasal dari NeXT.

Tapi apakah Google melanggar paten milik Apple adalah pertanyaan yang lebih sulit. Dan lebih sulit menjawabnya saat Google membuat versi pertama dari Android.

Hukum paten secara umum memberikan waktu selama setahun kepada satu perusahaan untuk memperkenalkan kepada umum sebuah penemuan yang diajukan untuk dipatenkan. Apple memperkenalkan iPhone pada bulan Januari 2007, jadi batas waktu untuk memperkenalkan penemuan-penemuan yang terkait dengan iPhone kepada khalayak umum adalah hingga Januari 2008. Setelah pengajuan, terdapat tambahan jeda selama 18 bulan sebelum aplikasi paten resmi disampaikan kepada khalayak umum. Jadi, bila Apple mengajukan permohonan paten yang terkait dengan iPhone pada hari terakhir batas pengajuannya, maka paten iPhone resmi diberikan pada bulan Juli 2009, atau hampir setahun setelah telepon Android pertama meluncur di pasaran.

Dan bahkan setelah pengajuan paten disampaikan kepada khalayak umum, pengajuan tersebut dapat memakan waktu hingga beberapa tahun kedepan supaya kantor paten dapat memutuskannya. Dan juga tidak ada kepastian mengenai pengajuan paten manakah yang dikabulkan, ataukah akan diperdebatkan di pengadilan.

Singkat kata, tim pengembangan Android yang dinahkodai Eric Schmidt tidak akan bisa mengetahui pada tahun 2008, bahwa secara hukum, ada ide-ide Apple pada Android. Satu-satunya cara aman untuk menghindari pelanggaran paten Apple adalah dengan menghindari sama sekali membuat telepon multitouch.

(Bersambung Part 4)

1 comment: