Friday, October 7, 2011

USB Charger Darurat (UCD)

Ponsel produksi sebelum tahun 2010 mempunyai beragam port koneksi dan port charger yang tidak standar.


Anda juga pasti pernah mengalaminya, kan? Misalkan anda punya tiga unit ponsel buatan sebelum tahun 2010 dengan merek yang berbeda. Besar kemungkinannya anda juga akan punya tiga unit pengisi baterai (charger) yang berbeda dan tiga kabel data koneksi ke komputer. Bila anda bepergian, anda setidaknya harus membawa tiga charger tersebut! Hal ini tentu saja merepotkan, dan kabel-kabelnya juga akan kusut di tas anda.

Beryukurlah kita karena ponsel-ponsel generasi masa kini, hampir sebagian besar menggunakan koneksi standar, yaitu port Mini USB. Walaupun ponsel-ponsel pabrikan besar masih ada saja yang mempertahankan port data dan port charger tradisional mereka. Sebenarnya jika 100% semua produsen ponsel men-standarkan port data, dan port charger mereka. Kita nggak akan dibuat pusing dengan bejibun pilihan charger dan kabel data. Bahkan saat ini, banyak ponsel-ponsel generik made in China, walaupun menggunakan port Mini USB, tetap ada ketidakcocokan antar satu sama lain.

Impian saya sih, ponsel akan menggunakan satu interface tunggal, baik untuk mengisi baterai (charging), dan komunikasi data ke PC. Dan impian itu terletak pada interface Mini USB.

[caption id="attachment_1138" align="aligncenter" width="320" caption="Port Data dan Charge Nokia N81. Mirip Mini USB port. Tapi bukan!"][/caption]

 

[caption id="attachment_1139" align="aligncenter" width="320" caption="Port Data dan Charge Nokia N73. Lagi-lagi beda format!"][/caption]

 

[caption id="attachment_1140" align="aligncenter" width="320" caption="Port Data dan Charge SonEr Z750."][/caption]

Tapi, bagaimana bila pada suatu waktu, anda lupa membawa charger ponsel anda? Sedangkan pada ponsel masa kini, proses charge baterai dapat dengan mudah dilakukan dengan menancapkan kabel data USB ke komputer, dengan menggunakan interface mini USB, maka arus listrik didapat dari port USB komputer.

Untuk mengatasi hal ini, pada artikel Kerajinan Tangan kali ini saya akan mengetengahkan cara membuat kabel charger darurat dengan arus listrik dari port USB komputer.

--

Disclaimer:

Penulis tidak bertanggung jawab atas resiko yang timbul atas artikel ini. Ikuti petunjuk dan peringatan yang diberikan!

--

Membuat USB Charger Darurat.

1. Bahan yang diperlukan:

a. Kabel charger ponsel anda yang tidak terpakai lagi.

b. Kabel USB/Mini USB

c. Gunting

d. Selotip

e. Multitester (bila perlu)

 

2. Langkah pembuatan

a. Potong kabel charger ponsel anda dengan panjang yang cukup. Sebagai contoh artikel, saya membuat USB charger untuk ponsel SonyEriccson W300i:

[caption id="attachment_1141" align="aligncenter" width="468" caption="Potongan kepala charger SonEr W300i. Perhatikan kabel merah adalah titik (+) tegangan, dan hitam adalan titik (-) tegangan"][/caption]

b. Potong kabel Mini USB dengan panjang yang cukup:

[caption id="attachment_1142" align="aligncenter" width="468" caption="Kabel USB juga punya dua kabel, dengan warna merah (+) dan hitam (-)"][/caption]

Kebetulan kabel USB charger yang saya pakai adalah kabel USB generik dari ponsel made in China. Kabel jenis ini hanya punya dua kabel +5V dan -5V. Pada kabel USB standar seharusnya punya empat kabel, yaitu +5V, +DATA, -DATA, -5V. Inilah kenapa, walaupun ponsel generik made in China menggunakan port USB, ada yang tidak bisa transfer data, dan hanya untuk charge saja bila menggunakan kabel USB charge only ini.

c. Pada contoh kabel charger dan kabel USB diatas, prosesnya sangat mudah karena warna kabel yang sudah cocok, yaitu merah untuk +5V dan hitam untuk -5V. Proses selanjutnya anda hanya perlu menyambungkan kabel merah USB ke kabel merah Charger, dan kabel hitam USB ke kabel hitam charger.

Kupas sedikit pelindung kabel sehingga tampak kawat halus didalam kabel. Dengan hati-hati lilitkan kawat halus ke masing-masing kabel. Perhatikan dengan teliti jangan sampai ada kawat yang berhubungan singkat dengan kabel lainnya. Bila telah selesai melilitkan kabel merah +5V, lindungi dengan selotip, barulah lanjutkan melilitkan kedua kawat kabel hitam, dan kembali lindungi dengan selotip. Hasil akhir yang didapat adalah seperti ini:

[caption id="attachment_1143" align="aligncenter" width="468" caption="Hasil akhir USB Charger Darurat."][/caption]

Bila semua beres. Jadilah USB Charger Darurat kita, dan silakan coba charge ponsel anda dengan menancapkan USB ke port USB komputer!

Peringatan:

Pembuatan USB Charger Darurat ini harus mengikuti kriteria berikut:

1. Pastikan ponsel anda bekerja pada tegangan charge 5V, karena tegangan dari USB komputer adalah 5V. Cek di charger original ponsel anda, akan tertera berapa tegangan yang dikeluarkan oleh charger. Sebagian besar merek ponsel bekerja pada tegangan charger 3.7 volt. Resiko digunakannya USB Charger Darurat ini adalah bisa saja merusak sirkuit charging ponsel karena tegangan yang melebihi standar. Pada ponsel saya, SonyEricsson W300i, USB Charger Darurat bekerja dengan baik tanpa ada kerusakan yang timbul.

2. Pastikan +5v dan -5v tidak terbalik! Bila terbalik, sudah jelas tegangan ke ponsel akan terbalik, dan akan merusak ponsel anda. Gunakan multimeter untuk mengetahui polaritas tegangan. Bila tidak ada multimeter, seharusnya produsen charger dan kabel USB sudah menggunakan kabel merah untuk polaritas (+) dan hitam untuk (-).

3. Pastikan antara (+) dan (-) tidak terhubung singkat. Lindungi tiap lilitan kawat dengan selotip. Bila (+) dan (-) terhubung singkat, dapat berpotensi terjadi kebakaran pada ponsel, kabel, atau port USB komputer!

4. Lama periode charge baterai menggunakan USB Charger Darurat dapat lebih singkat dibanding menggunakan charger standar, karena tegangan dan arus yang lebih tinggi. Charger standar rata-rata bekerja pada tegangan 3.7v / 350 mA, sedangkan USB port komputer bekerja pada tegangan 5v / 500 mA. Bila biasa charge baterai ponsel selama 3-4 jam, bila menggunakan USB Charger Darurat, proses charge hanya memakan waktu 1-2 jam. Jangan charge baterai secara berlebih, karena dapat merusak baterai!

5. USB Charger Darurat ini tidak diperuntukkan bagi semua merek ponsel. Penulis tidak bertanggung jawab bila terjadi kerusakan pada ponsel.

--

Bagaimana, berani mencoba? :) :)

Wednesday, October 5, 2011

Sejarah Baterai (Part 3)

Artikel ini merupakan sambungan dari Sejarah Baterai (Part2) dan (Part1) 

--

Baterai Rechargeable

Dengan hadirnya perangkat portabel seperti laptop, telepon seluler, MP3 player dan perangkat kerja tanpa kabel, kebutuhan akan baterai yang bisa diisi ulang semakin meninggi pada belakangan ini. Baterai isi ulang telah ada sejak tahun 1859, saat fisikawan Perancis bernama Gaston Plante menemukan sel lead acid. Dengan anoda berbahan timah, katoda berbahan timah dioksida dan elektrolit asam sulfur, baterai yang diciptakan Gaston Plante adalah pelopor bagi baterai moderen untuk mobil.

Baterai yang tidak bisa diisi ulang, atau sel primer, dan baterai yang bisa diisi ulang, atau sel sekunder, menghasilkan arus listrik dengan cara yang sama: melalui reaksi elektrokimia yang melibatkan sebuah anoda, katoda dan elektrolit. Namun pada baterai isi ulang, reaksi ini bisa dibalik. Saat energi listrik dari sumber luar dimasukkan pada sel sekunder, aliran elektron dari terminal negatif ke positif yang terjadi saat pengosongan baterai kini dibalik, dan muatan baterai dapat diisi kembali. Baterai isi ulang yang umum dijumpai di pasaran saat ini adalah lithium-ion (Li-ion) dan juga yang sempat populer adalah jenis nickel-metal hybride (NiMH)  dan nickel-cadmium (NiCd).

Dalam hal baterai yang bisa diisi ulang, tidak semua baterai dapat diperlakukan sama. Baterai NiCd adalah salah satu jenis yang dahulu banyak digunakan, namun baterai jenis ini mempunyai kelemahan yaitu yang disebut efek memori. Pada dasarnya, bila baterai jenis ini tidak dikosongkan secara benar tiap periode penggunaan, maka baterai ini akan kehilangan kapasitasnya dengan cepat. Baterai jenis NiCd dengan cepat menjadi tidak populer dengan datangnya baterai jenis NiMH. Baterai jenis ini mempunyai kapasitas lebih besar dan lebih kebal terhadap efek memori. Namun baterai ini tidak berumur panjang.

Seperti baterai NiMH, baterai Li-ion dapat menyimpan muatan dengan lebih baik, beroperasi pada tegangan yang lebih tinggi, dan datang dengan kemasan yang lebih kecil dan lebih ringan. Hampir semua peralatan portabel masa kini menggunakan baterai Li-ion. Namun, baterai Li-ion tidak tersedia pada ukuran standar seperti AAA, AA, C atau D, dan harganya juga lebih mahal daripada baterai jenis lainnya.

Bila menggunakan baterai NiCd dan NiMH, proses pengisian ulangnya cukup rumit. Anda harus berhati-hati agar tidak berlebih dalam mengisi ulang, yang dapat menyebabkan berkurangnya kapasitas baterai. Baterai NiCd dan NiMH juga harus di-rekondisikan, dalam artian, anda harus benar-benar mengosongkan baterai, barulah mengisinya kembali guna menghindari kehilangan kapasitas baterai. Namun pada baterai Li-ion, tidak diperlukan adanya pengosongan dahulu sebelum pengisian, dan juga perangkat pengisiannya lebih canggih daripada baterai NiCd dan NiMH yang dapat menghindari kelebihan pengisian.

Walaupun baterai isi ulang dapat diisi kembali. Baterai isi ulang juga mempunyai batas usia hingga mereka tidak dapat lagi menyimpan muatan listrik. Pastikan anda membuang baterai bekas dengan benar.

Pola Susunan Penggunaan Baterai

Pada banyak perangkat yang menggunakan baterai, seperti radio portabel atau senter, anda tidak hanya menggunakan satu sel saja. Pada umumnya anda mengelompokkan beberapa baterai dengan susunan serial untuk menaikkan tegangan, atau dengan susunan paralel untuk menaikkan arus. Diagram dibawah ini menunjukan kedua susunan ini:

[caption id="attachment_1133" align="aligncenter" width="400" caption="Susunan baterai. Sumber: Howstuffworks"][/caption]

 

Gambar paling atas pada diagram menunjukkan susunan paralel. Empat baterai disusun secara paralel akan menghasilkan total tegangan yang dihasilkan dari satu sel, namun arus yang dihasilkan akan empat kali lipat lebih tinggi daripada yang dihasilkan dari satu sel tersebut. Arus Listrik adalah nilai dari muatan listrik yang melewati sebuah sirkuit, dan diukur dengan satuan ampere.

Baterai diukur dengan satuan ampere per jam, atau dalam satuan baterai kecil, diukur dalam satuan milliampere per jam. Baterai kecil yang sering digunakan yang mempunyai arus 500 milliamper per jam akan mampu mengalirkan arus ke sebuah beban sebesar 500 milliamper selama satu jam. Berpatokan dari perhitungan ini, anda dapat memperkecil perhitungan diatas dalam beberapa cara. Sebuah baterai berkapasitas 500 milliamper per jam dapat mengalirkan arus pada beban sebesar 5 milliamper selama 100 jam, 10 milliamper selama 50 jam, atau secara teoritis dapat juga mengalirkan arus pada beban sebesar 1000 milliamper selama 30 menit. Jadi pada umumnya, baterai dengan keluaran arus yang lebih besar akan mempunyai kapasitas kerja yang besar pula.

Gambar paling bawah pada diagram menunjukan susunan seri. Empat baterai disusun secara seri akan menghasilkan total  arus keluaran yang dihasilkan dari satu sel, namun tegangan yang dihasilkan akan empat kali lipat lebih tinggi daripada yang dihasilkan dari satu sel tersebut. Tegangan atau voltase adalah pengukuran energi per unit muatan listrik dan diukur dalam satuan volt. Pada sebuah baterai, voltase menentukan seberapa kuatnya elektron didorong dalam sebuah sirkuit, mirip seperti seberapa kuat tekanan air pada selang. Baterai AAA, AA, C dan D pada umumnya bertegangan 1.5 volt.

Pada contoh diagram diatas, bila satu baterai bertegangan 1.5 volt dan berarus 500 milliamper per jam. Empat baterai bila disusun secara paralel akan menghasilkan tegangan 1.5 volt dengan arus 2000 milliamper per jam. Sedangkan baterai bila disusun secara seri akan menghasilkan tegangan 6 volt dengan arus 500 milliamper per jam.

--

Artikel ini merupakan artikel saduran/terjemahan dari Howstuffworks

(habis.)

 

 

 

Monday, October 3, 2011

Sejarah Baterai (Part 2)

Artikel ini merupakan sambungan dari Sejarah Baterai (Part1)

---

Anatomi Sebuah Baterai

Perhatikan pada jenis baterai apa saja, anda akan mendapati bahwa sebuah baterai mempunyai dua terminal. Satu terminal ditandai (+) atau positif, sementara yang lainnya ditandai (-) atau negatif. Pada baterai senter biasa, seperti jenis AA, C atau D, terminalnya terletak pada masing-masing ujungnya. Sedangkan pada baterai 9 volt, atau baterai mobil, terminal-terminalnya diletakkan berdampingan di atas baterai. Bila anda menghubungkan kabel diantara kedua terminalnya, elektron akan mengalir dari ujung negatif ke ujung positif dengan seketika. Tindakan ini akan dengan cepat mengosongkan baterai dan juga bisa sangat berbahaya, terutama pada baterai berukuran besar. Untuk penggunaan arus listrik dari baterai dengan benar, anda harus menghubungkannya dengan beban. Bebannya bisa seperti lampu bohlam, sebuah motor atau sebuah sirkuit elektronik seperti radio.

Bagian dalam sebuah baterai pada umumnya ditempatkan dalam pembungkus dari logam atau plastik. Didalam pembungkus ini ada katoda, yang terhubung dengan terminal positif, dan anoda, yang terhubung dengan terminal negatif. Komponen-komponen ini, yang secara umum dikenal dengan elektroda, menempati sebagian besar ruangan dalam baterai dan sebagai tempat terjadinya reaksi kimiawi. Sebuah separator membuat penghalang antara katoda dan anoda, yang mencegah elektroda-elektroda saling terhubung sementara mengijinkan arus listrik mengalir diantaranya. Media yang memungkinkan arus listrik mengalir antara katoda dan anoda dikenal dengan elektrolit. Terakhir, sebuah kolektor yang berfungsi menghubungkan arus listrik keluar baterai dan menuju sebuah beban.

Reaksi Kimiawi dalam Baterai

Banyak yang terjadi didalam sebuah baterai saat anda menghubungkannya dengan senter, remote control, atau perangkat yang membutuhkan tenaga baterai lainnya. Sementara proses pembangkitan listrik sedikit berbeda diantara banyak jenis baterai, namun cara kerja dasarnya tetap sama.

Saat sebuah beban terhubungkan dengan baterai dan membuat sirkuit tertutup diantara kedua terminal baterai, baterai menghasilkan listrik melalui beberapa rangkaian reaksi elektrokimia diantara anoda, katoda dan elektrolit. Anoda mengalami reaksi oksidasi pada dua atau lebih ionnya (atom atau molekul yang teraliri listrik) dari elektrolit yang menyatu dengan anoda, dan menghasilkan senyawa  serta akan melepaskan satu atau lebih elektron-elektron.

Pada saat yang sama, katoda melalui sebuah reaksi reduksi dimana pembentuk katoda, ion-ion dan elektron bebas juga menyatu dan membentuk senyawa. Barangkali langkah-langkah reaksi ini sedikit membingungkan, namum sebenarnya sangat sederhana: Reaksi yang dihasilkan anoda menghasilkan elektron-elektron, dan reaksi yang terjadi pada katoda menyerap elektron-elektron tersebut. Hasil dari perpaduan reaksi tersebut adalah tenaga listrik. Baterai akan terus menghasilkan listrik hingga salah satu atau kedua katoda kehabisan zat yang diperlukan agar terjadi reaksi kimia.

Baterai moderen menggunakan banyak zat kimia untuk menghasilkan reaksi-reaksi. Beberapa zat kimia yang terkandung dalam baterai diantaranya:

* Baterai Zinc-carbon: Reaksi kimia pada baterai zinc-carbon banyak ditemukan pada baterai sel kering tipe AAA, AA, C dan D. Anodanya adalah zinc (seng), dan katodanya adalah mangan dioksida, dan elektrolitnya adalah amonium klorida atau zinc klorida.

* Baterai Alkaline: Baterai dengan reaksi kimia ini juga umum ditemukan pada baterai sel kering AA, C dan D. Katodanya terdiri dari campuran mangan dioksida, sementara anodanya adalah serbuk zinc. Baterai jenis ini disebut baterai alkaline karena zat elektrolitnya adalah potasium hidroksida, yaitu sebuah senyawa alkaline.

* Baterai Lithium-Ion (rechageable): Baterai dengan reaksi kimia lithium sering digunakan pada perangkat ber-performa tinggi, seperti telepon seluler, kamera digital, dan bahkan mobil tenaga listrik. Beberapa macam senyawa digunakan pada baterai lithium, namun perpaduan yang umum adalah antara katoda ber lithium kobalt oksida, dan sebuah anoda karbon.

* Baterai lead-acid (rechargeable): Baterai dengan reaksi kimia ini banyak digunakan pada kendaraan. Elektrodanya biasanya terbuat dari timah dioksida dan timah metalik, sementara elektrolitnya adalah cairan asam sulfur.

---

Artikel ini merupakan artikel saduran/terjemahan dari Howstuffworks

bersambung ke Part 3

Sunday, October 2, 2011

Sejarah Baterai (Part 1)

Bayangkan sebuah dunia dimana segala perangkat yang membutuhkan listrik harus tersambungkan dengan kabel,


Senter, alat bantu pendengaran, telepon seluler dan perangkat portabel lainnya akan selalu tersambung dengan stop kontak listrik, dan perangkat-perangkat tersebut akan menjadi tidak berguna dan ruwet. Mobil tidak akan bisa dihidupkan dengan hanya memutar kunci kontak; yang ada adalah pengemudi harus memutar mesin secara manual agar piston bisa bergerak. Kabel-kabel akan berserakan dimana-mana, dan akan menjadi sangat berbahaya, dan terlihat semrawut. Berterima kasihlah pada baterai yang menyediakan tenaga listrik yang praktis, yang memungkinkan kita menikmati kenyamanan kehidupan moderen.

Walaupun ada banyak jenis baterai, konsep dasarnya tetaplah sama. Saat sebuah perangkat tersambungkan dengan baterai, terjadilah sebuah reaksi yang menghasilkan energi listrik. Sifat ini dikenal dengan reaksi elektrokimia. Seorang fisikawan kebangsaan Italia bernama Count Alessandro Volta yang pertama kali mengungkap proses ini pada tahun 1799 saat dia membuat sebuah baterai sederhana yang terbuat dari lembaran-lembaran logam dan papan karton atau kertas yang direndam dalam air garam. Sejak itu, para ilmuwan telah sangat maju dalam meningkatkan kinerja dari desain awal Alessandro Volta untuk membuat baterai dari beragam material dan terdiri dari banyak ukuran.

[caption id="attachment_1125" align="aligncenter" width="400" caption="Baterai. Sumber: Google"][/caption]

Saat ini, baterai telah biasa kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Sebuah baterai dapat menghidupkan jam tangan kita selama berbulan-bulan . Baterai menjaga jam dan telepon kita tetap berfungsi, walaupun listrik padam. Baterai menjalankan detektor asap, pencukur jenggot elektrik, bor listrik, mp3 player, termostat, dan yang lainnya. Bahkan bila anda sedang membaca artikel ini pada laptop atau smartphone anda, bisa jadi anda sedang menggunakan baterai juga!

Artikel kali ini akan mengetengahkan sejarah asal mula baterai dan komponen-komponen pembentuk baterai.

--

SEJARAH BATERAI

Baterai telah ada lebih lama dari yang anda perkirakan. Pada tahun 1938, seorang arkeologis bernama Wilhelm Konig menemukan beberapa periuk tanah liat yang aneh saat dia menggali di Khujut Tabu, sedikit diluar Baghdad-Iraq. Periuk ini, yang panjangnya berukuran kira-kira 12.7 sentimer, mengandung batang besi yang terbungkus dengan tembaga dan berusia kira-kira 200 tahun SM. Hasil pengujian menunjukan periuk tersebut pernah diisi dengan zat asam seperti cuka atau anggur, dan hal inilah yang menyebabkan Wilhelm Konig berpendapat bahwa periuk ini adalah baterai jaman kuno. Sejak penemuan ini, para peneliti telah membuat tiruan periuk tersebut, dan faktanya memang periuk tersebut dapat menghasilkan arus listrik. Baterai "Baghdad" ini barangkali pernah digunakan untuk ritual keagamaan, keperluan medis, atau bahkan pelapisan menggunakan listrik.

Pada tahun 1799, seorang fisikawan Italia bernama Alessandro Volta membuat baterai pertamanya dengan cara menumpuk secara bergantian lapisan seng, karton yang direndam air garam, dan perak. Penumpukan ini, yang disebut tumpukan voltaik, bukan alat pertama yang menghasilkan listrik, namun alat ini adalah yang pertama yang menghasilkan arus yang stabil dan bertahan lama. Namun ada beberapa kekurangan dari penemuan Alessandro Volta ini. Tinggi tumpukan lapisan-lapisannya terbatas karena berat dari tumpukan tersebut dapat menekan air garam keluar dari karton. Piringan logamnya juga cenderung berkarat dengan cepat, dan memperpendek usia baterai. Walaupun dengan segala kelemahan ini, satuan unit kekuatan elektromotif saat ini disebut volt karena menghargai jasa dan pencapaian Alessandro Volta.

[caption id="attachment_1123" align="aligncenter" width="400" caption="Baterai Alessandro Volta. Sumber: Howstuffworks."][/caption]

terobosan selanjutnya dalam teknologi baterai datang pada tahun 186 saat ahli kimia bernama John Frederick Daniell menemukan sel Daniell. Baterai pada masa ini, lempengan tembaga ditempatkan pada dasar bejana kaca, dan cairan tembaga-sulfat dituangkan hingga memenuhi setengah bejana kaca. Lalu lempengan seng digantungkan pada bejana kaca tersebut, kemudian ditambahkan cairan seng-sulfat. Karena tembaga-sulfat lebih padat daripada seng-sulfat, cairan seng mengambang diatas cairan tembaga dan mengelilingi lempengan seng. Kabel disambubgkan pada lempengan seng melambangkan terminal negatif, lalu kabel satu lagi disambungkan pada lempengan tembaga dan menjadi terminal positif. Jelas sekali, pengaturan ini tidak akan berfungsi dengan benar pada sebuah senter, namun untuk perangkat tidak bergerak, baterai jenis ini dapat bekerja dengan baik. Bahkan sel Daniell adalah perangkat yang umum untuk menghidupkan bel pintu dan telepon pada masa itu sebelum perangkat penghasil listrik generasi selanjutnya disempurnakan.

[caption id="attachment_1124" align="aligncenter" width="400" caption="Sel Daniell. Sumber: Howstuffworks."][/caption]

Pada tahun 1898, merek Colombia Dry Cell menjadi baterai pertama yang secara umum dijual di Amerika Serikat. Dan pembuatnya, National Carbon Company, yang dikemudian hari berganti menjadi Eveready Battery Company yang memproduksi baterai merek Energizer.

---

Artikel ini merupakan artikel saduran/terjemahan dari Howstuffworks

bersambung ke Part 2.