Artikel kali ini merupakan artikel terjemahan dari Arstechnica, yang menjelaskan secara gamblang perkembangan teknologi smartphone dari era 1980-an hingga era iPhone dan Android. Pada artikel ini kisanak akan mengetahui bahwa sebelum iPhone dan Android mengalami perkembangan pesat seperti yang terjadi saat ini, ternyata ada perangkat-perangkat pendahulu yang telah ada di pasaran. Jadi sebenarnya iPhone dan Android adalah produk serapan dari teknologi yang telah dirintis sebelumnya.
Artikel ini akan diturunkan secara berseri, dimulai dari seri 1 pada kesempatan kali ini.
Selamat membaca!
--
Jika Android Adalah "Produk Curian," Maka Begitu Juga Dengan iPhone.
Menurut penulis biografi resminya, Steve Jobs menabuh genderang perang pada bulan Januari 2010, saat dia melihat produk Android terbaru HTC. "Saya ingin anda berhenti menggunakan ide-ide kami pada Android," begitulah yang dilaporkan sebagai perkataan Steve Jobs kepada Eric Schmidt, yang kemudian menjadi CEO Google. Schmidt sebelumnya dipaksa mengundurkan diri dari dewan manajemen Apple, sebagian karena meningkatnya persaingan diantara kedua perusahaan tersebut dalam bisnis smartphone. Steve Jobs kemudian bersumpah "akan menghabiskan setiap sen uang milik Apple yang sebesar $40 Milyar di bank untuk meluruskan kesalahan ini."
Steve Jobs menyebut Android sebagai "produk curian," tapi istilah curian bisa menjadi konsep yang rumit bila kita berbicara mengenai inovasi. iPhone tidaklah muncul secara penuh dari pemikiran Steve Jobs. Namun, iPhone adalah titik kulminasi dari inovasi yang terus-menerus selama beberapa dekade--dimana inovasi tersebut terjadi di luar Apple.
Inovasi dalam teknologi multitouch dan smartphone dapat dirunut mundur dalam beberapa dekade ke belakang. Perangkat multitouch pertama dibuat pada tahun 1980-an, dan diciptakan oleh begitu banyak peneliti dan firma-firma komersial. Tidaklah mungkin untuk menciptakan iPhone tanpa menyalin ide-ide dari peneliti-peneliti di luar Apple. Dan sejak dikeluarkannya Android, Apple juga telah memasukkan beberapa ide Google kedalam iOS.
Pertempuran hukum terkini dalam dunia smartphone adalah kelanjutan dari pertempuran "look and feel" pada tampilan antar muka grafis (GUI) yang terjadi pada akhir tahun 1980-an. Apple kalah dalam pertempuran pertama tersebut saat pengadilan memutuskan bahwa elemen-elemen kunci dalam tampilan grafis Macintosh tidak dapat disertakan dalam perlindungan hak cipta. Namun sayangnya, dalam rentang waktu 20 tahun terakhir ini, pengadilan-pengadilan telah memudahkan proses pengajuan paten software. Apple kini telah mempunyai amunisi hukum yang kuat, begitu juga dengan kompetitornya. Persaingan yang demikian ini malah akan memanaskan persaingan dalam penjualan smartphone.
Multitouch di dalam laboratorium
Inovasi-inovasi teknologi tinggi seringkali dikembangkan oleh peneliti-peneliti laboratorium jauh sebelum inovasi tersebut diperkenalkan pada pasar komersial. Begitu juga dengan komputasi multitouch. Menurut Bill Buxton, seorang pelopor teknologi multitouch yang kini berada di Microsoft Research, layar multitouch pertama dikembangkan di Bell Labs pada tahun 1984. Buxton menerangkan bahwa layar tersebut dibuat oleh Bob Boie, "menggunakan barisan sensor sentuh kapasitif yang di lapiskan pada sebuah CRT." Layar tersebut memungkinkan pengguna "memanipulasi objek grafis menggunakan jari-jari dengan waktu respons yang sangat baik."
Menyusul dua dekade kemudian, peneliti ber-eksperimen dengan berbagai macam teknik dalam membangun layar multitouch. Sebuah proyek Xerox PARC pada tahun 1991 yang dinamai "Digital Desk" menggunakan sebuah proyektor dan kamera yang ditempatkan diatas sebuah meja biasa untuk memantau sentuhan. Sebuah meja multitouch yang disebut DiamondTouch juga menggunakan proyektor, namun sensor sentuhannya mengalirkan arus listrik lemah melalui tubuh pengguna menuju sebuah penerima di dalam kursi pengguna. Peneliti NYU yang bernama Jeff Han mengembangkan layar proyeksi belakang yang berhasil mencapai kemampuan multitouch melalui sebuah teknik yang dinamai "frustrated total internal reflection."
Sementara para peneliti meningkatkan kemampuan perangkat keras multitouch, para peneliti tersebut juga meningkatkan software untuk menjalankannya. Salah satu area penting penelitian waktu itu adalah mengembangkan pengenalan gerak-gerik tubuh yang mengambil kemampuan dari perangkat kerasnya. Proyek "Digital Desk" memasukkan sebuah aplikasi sketsa yang memungkinkan sebuah gambar di ubah ukurannya dengan gerakan "mencubit." Terdapat juga sebuah artikel pada tahun 2003 yang ditulis oleh peneliti dari Universitas Toronto menjelaskan sebuah sistem layar sentuh yang memasukkan gerakan "menjentik" untuk mengirim sebuah obyek dari satu pengguna ke pengguna yang lain di sudut lain meja.
Hingga Februari 2006, Jeff Han memasukkan beberapa ide-ide diatas menjadi satu untuk menghasilkan aplikasi multitouch, dan di presentasikan, yang kini dikenal sebagai TED talk. Dia menunjukkan sebuah aplikasi penampil foto yang menggunakan gerakan "cubit" untuk mengubah ukuran gambar dan me-rotasinya. Aplikasi tersebut juga memasukkan keyboard dalam layar untuk memberi label fotonya. Dia juga mendemonstrasikan sebuah peta interaktif yang memungkinkan pengguna membesarkan, mengecilkan dan me-rotasi peta dengan cara menyeret dan mencubit, yang mirip dengan yang digunakan pada smartphone moderen saat ini.
[caption id="attachment_1301" align="aligncenter" width="300"] Jeff Han memamerkan karya multitouch nya pada tahun 2006[/caption]
Komersialisasi multitouch
Pada tahun 2004, sebuah firma asal Perancis yang bernama Jazzmutant memamerkan Lemur, yaitu sebuah pengendali musik yang banyak disebut sebagai sebuah produk multitouch pertama. Lemur dapat diatur untuk menampilkan macam-macam tombol, dan elemen-elemen tampilan grafis lainnya. Bila elemen-elemen ini dimanipulasi, perangkat tersebut akan menghasilkan output dalam format yang mirip MIDI. Perangkat tersebut ditampilkan pada tahun 2005 dan berharga lebih dari $2.000.
Penjualan Lemur pada akhirnya terpangkas dengan hadirnya komputer tablet biaya rendah seperti iPad. Namun Jazzmutant kini melisensikan teknologi multitouchnya dengan nama Stantum. Dan menghasilkan pendanaan $13 juta pada tahun 2009.
Jeff Han juga men-komersialkan penelitiannya, dan mendirikan Perceptive Pixel pada tahun 2006. Firma tersebut memusatkan diri pada pembuatan layar multitouch berukuran besar, dan CNN pun termasuk para pelanggannya. DiamondTouch juga menjadi produk komersial pada tahun 2006.
Microsoft menuturkan bahwa para penelitinya telah meneliti teknologi multitouch sejak tahun 2001. Pada tahun 2004, seorang pejabat Microsoft bernama Andy Wilson memperkenalkan Touchlight, yaitu sebuah teknologi multitouch menggunakan kamera-kamera dan proyektor belakang. Touchlight mempunyai interface seperti pada film Minority Report--Sebuah obyek tiga dimensi akan ditampilkan pada layar, dan pengguna dapat me-rotasi dan mengubah ukurannya dengan gerakan tangan.
Andy Wilson juga merupakan figur utama dalam pengembangan Microsoft Surface, yaitu sebuah sistem tablet layar sentuh yang menggunakan kombinasi yang sama dari sebuah layar proyektor belakang, dan kamera. Menurut Microsoft, desain perangkat kerasnya memasuki tahap final pada tahun 2005. Surface kemudian diperkenalkan sebagai produk komersial pada pertengahan tahun 2007, beberapa bulan setelah peluncuran iPhone. Surface juga menggunakan gerakan menyeret dan mencubit untuk memanipulasi foto dan obyek lain pada layar.
[caption id="attachment_1303" align="aligncenter" width="300"] Produk Microsoft Touchlight pada tahun 2004[/caption]
(Bersambung Part 2)
[...] Jika Android Adalah “Produk Curian,” Maka Begitu Juga Dengan iPhone (Part 1) [...]
ReplyDelete[...] Jika Android Adalah “Produk Curian,” Maka Begitu Juga Dengan iPhone (Part 1) [...]
ReplyDelete