Tuesday, December 16, 2008

Konversi Mitan ke Gas? Harus !!

Selamat sore para pemirsa...

Masih jelas terbayang dalam ingatan saya pada masa-masa dahulu waktu ibu saya menggunakan kompor minyak tanah. 

Dengan cekatan ibu saya menenteng jerigen minyak yang bau itu dan dibawanya ke warung terdekat. Pulang kembali ke rumah langsung dituangkannya minyak tersebut ke kompor. Sebatang kayu diambilnya dan dibakar sedikit di ujungnya lalu di pakainya untuk menyalakan sumbu. Ketel air pun didudukkan di kompor sambil menunggu apinya meninggi.

Ah...masa-masa itu sudah lewat. Kini kompor minyak tanah ibu sudah digantikan dengan kompor gas single burner atau tungku tunggal. Begitu juga istri saya kini memasak menggunakan kompor gas.

Peralihan dari kompor minyak ke kompor gas bukannya tanpa masalah. Sejak pemerintah menggulirkan program konversi mitan ke gas ibu saya sudah berkomitmen tidak akan menggunakan kompor gas. Alasannya apalagi kalau bukan takut akan akibat buruk dari kompor gas. Meledak, bocor, melukai diri dan setumpuk ketakutan-ketakutan lainnya.

Wajar saja ibu saya takut. Karena banyak berita-berita yang beredar mengenai kecelakaan yang diakibatkan oleh kompor gas.  Jangankan memasak dengan kompor gas. Menyalakannya pun takut setengah mati!

 

[caption id="attachment_534" align="aligncenter" width="285" caption="Gas oh Gas"]Gas oh Gas[/caption]

 Tapi pada akhirnya ibu saya menyerah juga. Kompor gas diterimanya dengan setengah hati. Bukan karena berubah pikiran dan tidak takut lagi. Tapi lebih karena minyak tanah mulai sulit dicari di pasaran.  Jika ada pun harganya melambung tinggi. Akhirnya dengan berat hati dimulailah hari pertama memasak dengan kompor gas...

...Lalu tibalah giliran saya memasang semua komponen kompor itu. Berdasarkan petunjuk dari si produsen gas dan dari bibir ke bibir maka saya memberanikan memasang selang dan regulator ke tabung gas. Yang paling saya ingat adalah karet penyekat di mulut gas harus ada dan dalam kondisi baik. Karena karet itu yang membuat mulut regulator tidak miring dan gas tidak keluar kemana-mana.

regulator....Oke-oke..tancapkan mulut regulator ke bibir gas (wow...bibir ke bibir..)  dan putar keran pengalir gas ke atas. Dengarkan apa ada desisan dan bau gas yang mengalir keluar...Tidak ada yang terdengar, tidak ada yang berbau..putar igniter kompor...

...jetak!!!!...tidak menyala !!!!, jetak!!!! masih tidak menyala !!!...

jetak!!!! dusss!!! Hurray !!!.....It's Alive ! It's Alive !!!

Whew...pengalaman yang mendebarkan !! Para pembaca boleh menyebut saya norak atau ketinggalan jaman. Tapi memang itulah adanya! Sejak itu keluarga saya mulai mengenal siapa sebenarnya si kompor gas.  Istri saya juga sekarang tidak serem melihat si kompor gas beraksi.

----------------------------

Saya yakin banyak keluarga yang juga mengalami perasaan seperti saya. Memulai sesuatu yang baru memang butuh usaha yang tidak mengenakkan. Apalagi ini jelas-jelas keluar dari zona nyaman minyak tanah yang telah dinikmati Indonesia berpuluh-puluh tahun lamanya.

Tapi nyatanya jaman telah berubah. Telah terbukti penggunaan gas lebih hemat, lebih bersih, bahkan lebih aman. Saya rasa hitung-hitungan penggunaan gas tidak usah dibahas disini. Tapi yang ingin saya bagi pada pertemuan kita kali ini adalah jangan takut untuk memulai sesuatu yang baru.

Pemerintah telah berhasil mengubah pola konsumsi energi masyarakat menjadi lebih baik . Memang pada awalnya terlihat menyakitkan mengeluarkan uang lima belas ribu rupiah per isi ulang gas 3 kilogram. Tapi seiring dengan waktu uang tersebut ternyata dapat bertahan selama dua minggu bahkan lebih, dibandingkan dengan si Mitan yang meminta isi dompet Rp. 2,500 per hari.

Jadi bagi anda yang belum menggunakan gas....ini bukan iklan....ayo pakai gas !!!

Buat pemerintah jangan lupa makin besar demand harus makin besar pula supply...

Jika gas tidak ada, mitan tidak ada. Ayo beralih ke kayu bakar !!!

No comments:

Post a Comment