Petualangan mengusili handset-handset Android akhirnya membawa saya pada Blackberry.
Seperti yang sudah kisanak ketahui, semenjak saya mengusili handset Samsung Galaxy Y, dari situ petualangan Android saya berlanjut ke LG Optimus ME, kemudian beralih ke Samsung Galaxy Y kembali, lalu ke IMO Normandy X2, dan akhirnya berlabuh di tablet Advan-Vandroid T yang berbasis ICS 4.0.4. Dari handset Android terakhir ini, praktis saya tidak mengusili handset apapun yang berlabel Android, karena keterbatasan dana, alias kantong cekak bin garing :D.
Walhasil karena kebutuhan komunikasi dengan rekan-rekan sejawat yang notabene menggunakan Blackberry, akhirnya saya putuskan menggandeng satu handset Blackberry pertama saya, yaitu Curve 8320.
[caption id="attachment_1323" align="aligncenter" width="150"] Curve 8320-Old and Slow[/caption]
Bisa dibilang saya adalah manusia Indonesia yang terlambat menggunakan handset Blackberry, disaat jutaan penduduk republik ini sudah menggunakannya :D.
Setelah puas membesut handset Curve 8320 ini, tidak butuh waktu lama saya pun menggantinya dengan produk yang lebih canggih sedikit, yaitu Blackberry 9530, atau yang orang biasa sebut dengan Storm 1 (Anehnya para pedagang HP malah tidak 'ngeh jika saya menyebutkan BB 9530).
[caption id="attachment_1324" align="aligncenter" width="150"] Storm (9530)[/caption]
Handset ini cukup nyentrik juga, karena walaupun berbasis touch screen, namun untuk eksekusi inputnya tetap mengandalkan feedback mekanis berupa switch di belakang layar. Hasil dari kombinasi antara touch screen dan switch mekanis ini adalah efek clicky seperti tombol fisik.
--
Tidak butuh waktu lama setelah membesut Storm1, akhirnya saat ini saya kembali ke masa lalu dengan handset Blackberry Pearl 8230 CDMA berbentuk flip dan dual display.
[caption id="attachment_1325" align="aligncenter" width="150"] Pearl 8230 CDMA[/caption]
Hingga artikel ini diturunkan, saya masih menggunakan Blackberry Pearl 8230 CDMA tersebut diatas.
--
Alhamdulillah, selama saya membesut perangkat bikinan Blackberry ini, hidup saya tambah rumit para pembaca :D. Bagaimana tidak, saya yakin bagi kisanak yang sudah menggunakan smartphone dari berbagai macam OS, barangkali setuju dengan pandangan saya bahwa Blackberry adalah smartphone yang.... tidak smart.
Lho koq aneh, ada sebuah perangkat yang berlabel smartphone, tapi kelakuannya tidak smart?
Pengalaman pertama kali menggunakan Blackberry dimulai saat saya menghidupkan Curve 8320, dengan SDCard 8GB langsiran dari Samsung Galaxy Y. Startup yang dibutuhkan mulai dari memasukkan baterai, hingga handset dapat digunakan rata-rata berkisar antara 5-7 menit yang menurut saya sudah keterlaluan lambatnya. Setelah masuk ke layar utama, handset pun belum dapat digunakan secara maksimal, karena terganggu dengan rutinitas OS dan juga sinkronisasi di latar belakang. Memunculkan thumbnail image pun tidak kalah lambat, bahkan bila dibandingkan dengan handset Android termurah sekalipun. Setelah beberapa lama menggunakan Curve 8320 ini, muncullah penyakit klasik handset Blackberry-yang awalnya saya tidak begitu percaya-yaitu penyakit hang yang berujung hard reset, yaitu baterai dicabut, dan dimasukkan kembali.
Banyak rekan-rekan saya, bahkan para pedagang Blackberry pun menyarankan supaya tidak menggunakan SDCard diatas 2GB, karena akan mengakibatkan kinerja handset akan menjadi lambat. Tapi menurut saya seharusnya hal seperti ini tidak perlu terjadi pada sebuah smartphone, karena seharusnya sebuah smartphone harus SMART dalam manajemen storage-nya.
Bahkan untuk menghapus entri call log dan SMS pun tidak dapat sekaligus. Alhasil saya harus menghapus call log dan SMS satu persatu.
--
Beralih ke handset Storm1 9530 hasil barter dengan curve 8320 sebelumnya, seperti biasa saya hendak memindahkan semua kontak di phone book ke handset yang baru, dan ternyata hal ini tidak dapat dilakukan tanpa bantuan sebuah PC yang telah terinstal Desktop Suite Software Blackberry. Bahkan sekedar menyalin phone book ke SIM card pun tidak dapat dilakukan.
Berselang beberapa lama, touch screen nya pun bermasalah dengan gejala seperti miss calibrated, yaitu antara posisi sentuhan dan aktual yang terinput di layar kacau balau, yang berujung aksi cabut baterai kembali. Sedangkan untuk fitur lainnya saya anggap tidak ada masalah.
Bagaimana dengan ketahanan baterainya? Sebuah baterai 2800mA pun tidak sanggup melayani 24 jam, walaupun fitur yang aktif hanya Blackberry Messenger, phone dan SMS, diselingi dengan browsing ringan.
--
Karena sudah cukup lelah dengan penyakit touch screen pada Storm1 9530 ini, akhirnya saya putuskan kembali menggunakan handset Blackberry lama, yaitu Pearl 8230 CDMA dengan hanya satu fungsi saja yang saya gunakan, yaitu Blackberry Messenger saja. Fungsi telepon dan SMS saya serahkan pada handset sederhana Samsung Keystone 2 dengan ketahanan baterai yang luar biasa (± 7 hari pemakaian normal). Sedangkan fungsi internet dan lainnya saya serahkan pada Tablet Advan Vandroid T.
--
Pelajaran apa yang saya dapat dari handset Blackberry ini?
Saya harus berterima kasih pada RiM (Sekarang disebut Blackberry saja), karena berkat Blackberry, saya jadi mengerti manfaat dan kodrat dari sebuah smartphone, yaitu untuk memudahkan kehidupan sehari-hari para penggunanya. Sebuah Smartphone seharusnya dapat bertindak dan berfungsi secara SMART, dan tidak perlu merepotkan penggunanya. Barangkali selanjutnya saya dapat mencicipi handset terbaru Blackberry dengan OS 10-nya, dan berharap semoga penyakit-penyakit klasik dari perangkat Blackberry OS 4 hingga 7 tidak terjadi lagi.
Dan juga harga paketnya itu lho, njelimet dan lebih mahal dari paket internet biasa. Barangkali ini sudah settingan dari Blackberrynya ya.
Mohon para kisanak tidak menganggap artikel ini sebagai sarana menjelekkan Blackberry, lha wong saya juga masih menggunakan handsetnya-walaupun hanya untuk BBM an saja :D
Demikianlah artikel kali ini, mohon maaf bila ada salah-salah kata. Tidak lupa saya mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1434H, mohon maaf lahir dan batin.
No comments:
Post a Comment